Seperti kita ketahui bahwa perkembangan industri media kini semakin maju. Penerapan metode dan teknologi yang ada sudah semakin terkini sehingga penyampaian arus informasi kepada khalayak dapat berjalan sangat cepat dan mampu men-cover area yang begitu luas hingga ke wilayah pelosok.
Terdistribusinya konten dari informasi (berita) tersebut tak lepas dari peran serta pers di sebuah media dalam menghimpun sebuah isu yang layak di publikasikan.
Citizen Journalism atau jurnalisme rakyat adalah salah satu fenomena paling nyata yang muncul dan berkembang di dunia kita sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi. Pemberitaan yang dibuat 'oleh kita untuk kita' ini menjadi sebuah materi yang memiliki daya untuk disebarluaskan karena memiliki nilai karakteristik dan keunikan tertentu.
Tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang didefinisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita. Citizen journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu. Sama saja, hanya konten yang ada bersumber dari publik dan biasanya mengangkat isu publik yang kurang 'terdengar' di permukaan. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk citizen journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.
Jurnalisme warga belakangan ini menjadi sebuah lahan yang efektif dalam membentuk opini publik. Seperti kita ketahui beberapa kasus yang memanas di negeri ini justru awalnya muncul dari laporan warga. Misalnya kasus Prita dengan RS. OMNI, serta mencuatnya perseteruan antara Cicak versus Buaya. Ini menandakan betapa tingginya efek yang ditimbulkan oleh jurnalisme warga ketika konten dari informasi yang disebarkan itu mampu membuka peluang lebih lebar akan suatu permasalahan. Sehingga berbagai sudut pandang mulai tertuju memberikan atensinya terhadap kasus tersebut.
Namun, terkadang ironis manakala pernyataan-pernyataan masyarakan melalui fesbuk/twitter misalnya dijadikan narasumber dan dilansir oleh media massa. Akan tetapi kenyataan ini mengindikasikan bahwa masyarakat secara mandiri sudah sanggup untuk mengartikulasikan kehendaknya dan media massa konvensional bukan lagi dianggap sebagai satu-satunya alat transformasi informasi.
No comments:
Post a Comment